Senin, 12 Maret 2012

| | | 0 komentar
Soal Bahasa Inggris sma bisa didownload disisni
http://code.google.com/p/soalbahasainggris/downloads/list

Jumat, 24 Februari 2012

| | | 0 komentar
 Sepotong Kelabu

Sunyi menindih dinding kalbu
Merongrong serpih luka
makin perih tak terobati
Sebagai imbas raga tanpa jiwa
Rasio tak bernoktah naluri
Pada-Mu jua aku bersimpuh
sampaikan luka
Memohon pintu maaf-Mu
yang luas bak segara
Namun masih adakah celah itu?Tuk hamba-Mu nan nista
Nan tersia
Inikah titianku?
Sepotong hembusan nafasku
Sepotong Kelabu

Inspiring words by Anis MAtta

Kamis, 16 Februari 2012

| | | 0 komentar
Ingin dapatkan motivasi untuk bangkit? klik saja di http://code.google.com/p/pahlawankebangkitan/downloads/detail?name=PahlawanKebangkitanbyAnisMatta.pdf&can=2&q=

| | | 0 komentar
Silahkan download di http://code.google.com/p/soalbahasainggris/downloads/detail?name=Soal-Bahasa-Inggris-Kelas-10-belajaringgris.net.pdf&can=2&q=

 

Shaun the Sheep on the Road

Selasa, 14 Februari 2012

| | | 0 komentar
Shaun the Sheep on the Road
            Kawan, ada yang suka nonton kartun shaun the sheep? Pasti ada sebagian dari kita yang suka. Atau malah banyak? Saya yakin kita yang sudah ga kanak-kanak ini (sok dewasa dot com^_^)banyak yang suka. Terbukti, banyak penjual boneka Shaun the sheep di sekitar kampus dan sebagian kita tertarik untuk membeli. Tapi,  kawan-kawan, pernah lihat shaun the sheep di depan mata ga? Saya pernah. Shaun the sheep yang ini ASLI.
Suatu ketika saya sedang menyeberang jalan. Di depan saya, serombongan “shaun the sheep” alias domba-domba putih, bergerombol memenuhi jalan raya. Mereka berlarian dan sempat menggangu lalu lintas yang cukup ramai. Detik itu juga saya terpesona. Saya tersenyum dan bayangan shaun the sheep yang menggemaskan itu menari-nari di benak saya. Saya memang tak sempat meng”count the sheeps”, tapi saya yakin jumlah mereka puluhan.
Tidak seperti saya waktu kecil ketika melihat domba, kali ini saya tak takut atau jijik pada domba-domba itu. Ini pasti efek kesukaan saya sama kartun “Shaun the sheep” yang lagi booming itu. Saya tak lagi jijik atau takut pada domba-domba yang sebenarnya biasa-biasa saja itu. Dulu saya jijik karena bulu gimbalnya dan bau domba itu sendiri.
Kawan, lantas, apa pentingnya saya ceritakan ini pada kalian? Tak lain karena saya ingin berbagi sesuatu, dan semoga menginspirasi.
Dari apa yang saya alami tersebut, saya sadar bahwa sesuatu, entah itu sebenarnya baik atau buruk, bisa tampak menjadi sesuatu yang berkebalikan dengan sifat aslinya, jika ada faktor luar yang mempengaruhi. Contohnya begini. Sebenarnya si A, salah satu teman kita, berwatak sangat baik. Tapi, karena kita melihat orang lain, entah itu si B, si C, atau si D, mengatakan atau menjustifikasi bahwa si A itu berwatak jelek, maka kita akan menganggap bahwa si A itu jelek. Padahal faktanya tidak demikian.
Begitu pula yang terjadi dengan fakta umat Islam sekarang ini. Sebagian besar masyarakat kita, atau bahkan kita sendiri, sering tidak pede dengan identitas keislaman kita. Kita ga pede, kalo keliatan rajin shalat tepat waktu di kampus, karena takut dicap sok alim. Kita ga pede pake jilbab agak gedean dikit, karena kuatir dikira ekstrim. Kita ga berani menegur teman kita yang suka nggosip karena kuatir dianggap ga gaul. Ini semua karena setiap hari kita digempur opini yang menjelek-jelekkan islam atau minimal masyarakt kita digiring untuk menjadi masyarakat yang loyal dengan sesuatu yang sebenarnya tidak sesuai dengan Islam. Lihatlah, betapa kita ini konsumtif dengan acara-acara semisal “KISS”, “HOT SHOT”, “INSERT” dll. yang notabene adalah acara bertajuk ghibah yang dikemas sedemikian cantiknya sehingga dalam waktu sehari, acara semisal ini bisa muncul lebih dari 3 jenis di stasiun televisi yang berbeda-beda dan dinikmati oleh berjuta pasang mata dari hampir segala usia. Acara-acara itu mengajarkan pada masyarakat kita untuk suka mencampuri urusan orang lain, suka membuka aib orang lain, dan cenderung melupakan sejumlah penderitaan yang dialami oleh saudara-saudara kita yang sering kali mereka berada tidak jauh dari sekeliling kita.
Kawan, betapa orang-orang yang tidak menginginkan Islam berdiri tegak di muka bumi ini, telah begitu lihai membuat Islam hancur bahkan oleh umat Islam itu sendiri. Mereka tak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan biaya untuk membuat Islam tinggal menjadi identitas saja. Mereka tak hendak membuat para muslim murtad dari agamanya. Mereka hanya perlu membuat para muslim hidup mengikuti gaya hidup mereka.
Mereka punya life style yang menyimpang jauh dari syariat Islam. Lihatlah budaya pacaran, free sex, drugs, di sekitar kita yang tiap hari diekspos, dipopulerkan melalui film, iklan, bahkan pemberitaan di TV, Koran, majalah, atau internet. Melihat, menikmati hal-hal semacam itu setiap hari, membuat masyarakat kita atau bahkan kita sendiri manjadi semakin permisif atau bahkan terkadang ingin mengikuti life style seperti itu yang mungkin kita nilai tidak terlau parah, tapi dari sanalah keburukan2 besar bermula.
Kok jadi serius abis, ya. Hmm… yang pasti dari “Shaun the Sheep on the Road” saya belajar untuk tidak serta merta mengagumi apa yang tersaji di televisi, Koran atau internet, tidak dengan mudah permisif dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan agama Islam, dan tidak latah ikut-ikutan trend yang kadang tanpa kita sadari malah menjatuhkan Islam. Bagaimana dengan kawan-kawan? Silakan ambil aksi terbaik sehingga menghasilkan reaksi internal-eksternal terbaik pula.
 Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Qur'an dengan jihad yang besar” (Q.S. Al-Furqan: 52)
Wallahu a’lam Bishawab     

Shalawat Atas Nabi SAW

Kamis, 09 Februari 2012

| | | 0 komentar
Apa yang Tuan pikirkan tentang seorang laki-laki berperangai amat mulia, yang lahir dan dibesarkan di celah-celah kematian demi kematian orang-orang yang amat mengasihinya? Lahir dari rahim sejarah, ketika tak ada seorangpun mampu mengguratkan kepribadian selain kepribadiannya sendiri.
Ia produk ta'dib Rabbani (didikan Tuhan) yang menantang mentari dalam panasnya dan menggetarkan jutaan bibir dengan sebutan namanya, saat muaddzin mengumandangkan adzan.

Di rumahnya tak dijumpai perabot mahal. Ia makan di lantai seperti budak, padahal raja-raja dunia iri terhadap kekokohan struktur masyarakat dan kesetiaan pengikutnya. Tak seorang pembantunya pun mengeluh pernah dipukul atau dikejutkan oleh pukulannya terhadap benda-benda di rumah. Dalam kesibukannya ia masih bertandang ke rumah puteri dan menantu tercintanya, Fathimah Az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib.
Fathimah merasakan kasih sayangnya tanpa membuatnya menjadi manja dan hilang kemandirian. Saat bani Makhzum memintanya membatalkan eksekusi atas jenayah seorang perempuan bangsawan, ia menegaskan: "Sesungguhnya yang membuat binasa orang-orang sebelum kamu ialah, apabila seorang bangsawan mencuri kamu biarkan dia dan apabila yang mencuri itu rakyat jelata mereka tegakkan hukum atas-nya. Demi Allah, seandainya Fathimah anak Muhammad mencuri, maka Muhammad tetap akan memotong tangannya."

Hari-harinya penuh kerja dan intaian bahaya. Tapi tak menghalanginya untuk -- lebih dari satu dua kali -- berlomba jalan dengan Humaira, sebutan kesayangan yang ia berikan untuk Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq. Lambang kecintaan, paduan kecerdasan dan pesona diri dijalin dengan hormat dan kasih kepada Ash-Shiddiq, sesuai dengan namanya "si Benar". Suatu kewajaran yang menakjubkan ketika dalam sibuknya ia masih menyempatkan memerah susu domba atau menambal pakaian yang koyak. Setiap kali para shahabat atau keluarganya memanggil ia menjawab: "Labbaik".
Dialah yang terbaik dengan prestasi besar di luar rumah, namun tetap prima dalam status dan kualitasnya sebagai "orang rumah".

Di bawah pimpinannya, laki-laki menemukan jati dirinya sebagai laki-laki dan pada saat yang sama perempuan mendapatkan kedudukan amat mulia.
"Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik terhadap keluarganya dan akulah orang yang terbaik diantara kamu terhadap keluargaku." "Tak akan memuliakan perempuan kecuali seorang mulia dan tak akan menghina perempuan kecuali seorang hina," demikian pesannya.

Di sela 27 kali pertempuran yang digelutinya langsung (ghazwah) atau di panglimai shahabatnya (sariyah) sebanyak 35 kali, ia masih sempat mengajar Al-Qur'an, sunnah, hukum, peradilan, kepemimpinan, menerima delegasi asing, mendidik kerumahtanggaan bahkan hubungan yang paling khusus dalam keluarga tanpa kehilangan adab dan wibawa. Padahal, masa antara dua pertempuran itu tak lebih dari 1,7 bulan.

Setiap kisah yang dicatat dalam hari-harinya selalu bernilai sejarah.
Suatu hari datanglah ke masjid seorang Arab gunung yang belum mengerti adab di masjid. Tiba-tiba ia kencing di lantai masjid yang berbahan pasir. Para shahabat sangat murka dan hampir saja memukulnya. Sabdanya kepada mereka: "Jangan. Biarkan ia menyelesaikan hajatnya." Sang Badui terkagum. Ia mengangkat tangannya, "Ya Allah, kasihilah aku dan Muhammad. Jangan kasihi seorangpun bersama kami." Dengan senyum ditegurnya Badui tadi agar jangan mempersempit rahmat Allah.

Ia kerap bercengkerama dengan para shahabatnya, bergaul dekat, bermain dengan anak-anak, bahkan memangku balita mereka di pangkuannya. Ia terima undangan mereka; yang merdeka, budak laki-laki atau budak perempuan, serta kamu miskin. Ia jenguk rakyat yang sakit di ujung Madinah. Ia terima permohonan ma'af orang.

Ia selalu lebih dulu memulai salam dan menjabat tangan siapa yang menjumpainya dan tak pernah menarik tangan itu sebelum shahabat tersebut yang menariknya. Tak pernah menjulurkan kaki di tengah shahabatnya hingga menyempitkan ruang bagi mereka. Ia muliakan siapa yang datang, kadang dengan membentangkan bajunya. Bahkan ia berikan alas duduknya dan dengan sungguh-sungguh. Ia panggil mereka dengan nama yang paling mereka sukai. Ia beri mereka kuniyah (sebutan bapak atau ibu si Fulan). Tak pernah ia memotong pembicaraan orang, kecuali sudah berlebihan. Apabila seseorang mendekatinya saat ia sholat, ia cepat selesaikan sholatnya dan segera bertanya apa yang diinginkan orang itu.

Pada suatu hari dalam perkemahan tempur ia berkata: "Seandainya ada seorang shalih mau mengawalku malam ini." Dengan kesadaran dan cinta, beberapa shahabat mengawal kemahnya. Di tengah malam terdengar suara gaduh yang mencurigakan. Para shahabat bergegas ke arah sumber suara.
Ternyata Ia telah ada di sana mendahului mereka, tagak di atas kuda tanpa pelana. "Tenang, hanya angin gurun," hiburnya. Nyatalah bahwa keinginan ada pengawal itu bukan karena ketakutan atau pemanjaan diri, tetapi pendidikan disiplin dan loyalitas.

Ummul Mukminin Aisyah Ra. Berkata : "Rasulullah SAW wafat tanpa meninggalkan makanan apapun yang dimakan makhluk hidup, selain setengah ikat gandum di penyimpananku. Saat ruhnya dijemput, baju besinya masih digadaikan kepada seorang Yahudi untuk harga 30 gantang gandum."

Sungguh ia berangkat haji dengan kendaraan yang sangat seerhana dan pakaian tak lebih dari 4 dirham, seraya berkata,"Ya Allah, jadikanlah ini haji yang tak mengandung riya dan sum'ah." Pada kemenangan besar saat Makkah ditaklukkan, dengan sejumlah besar pasukan muslimin, ia menundukkan kepala, nyaris menyentuh punggung untanya sambil selalu mengulang-ulang tasbih, tahmid dan istighfar. Ia tidak mabuk kemenangan.

Betapapun sulitnya mencari batas bentangan samudera kemuliaan ini, namun beberapa kalimat ini membuat kita pantas menyesal tidak mencintainya atau tak menggerakkan bibir mengucapkan shalawat atasnya: "Semua nabi mendapatkan hak untuk mengangkat do'a yang takkan ditolak dan aku
menyimpannya untuk ummatku kelak di padang Mahsyar nanti."

Ketika masyarakat Thaif menolak dan menghinakannya, malaikat penjaga bukit menawarkan untuk menghimpit mereka dengan bukit. Ia menolak, "Kalau tidak mereka, aku berharap keturunan dari sulbi mereka kelak akan menerima da'wah ini, mengabdi kepada Allah saja dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun."

Mungkin dua kata kunci ini menjadi gambaran kebesaran juwanya. Pertama, Allah, Sumber kekuatan yang Maha dahsyat, kepada-Nya ia begitu refleks menumpahkan semua keluhannya. Ini membuatnya amat tabah menerima segala resiko perjuangan; kerabat yang menjauh, shahabat yang membenci, dan
khalayak yang mengusirnya dari negeri tercinta. Kedua, Ummati, hamparan akal, nafsu dan perilaku yang menantang untuk dibongkar, dipasang, diperbaiki, ditingkatkan dan diukirnya.

Ya, Ummati, tak cukupkah semua keutamaan ini menggetarkan hatimu dengan cinta, menggerakkan tubuhmu dengan sunnah dan uswah serta mulutmu dengan ucapan shalawat? Allah tidak mencukupkan pernyataan-Nya bahwa Ia dan para malaikat bershalawat atasnya (QS 33:56 ), justru Ia nyatakan dengan begitu "vulgar" perintah tersebut, "Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah atasnya dan bersalamlah dengan sebenar-benar salam."
Allahumma shalli 'alaihi wa'ala aalih !

Khadafy dan Sakit Hati

| | | 0 komentar
Saudaraku, apa yang mau engkau ungkapkan ketika aku bertanya tentang Khadafy. Mungkin jawabmu: "Ngapain sih mikirin Khadafy? orangnya aja udah meninggal?" atau seperti ini, "Ih... Khadafy tu kejam banget. Dia tega membunuh rakyatnya sendiri! kalau dulu  ketemu orangnya akan kutimpuk wajahnya pakai sepatu!", tapi saya harap kawan tidak berujar,"Khadafy? itu artis bukan sih, kok ga pernah denger namanya?". tapi saya yakin pilihan  jawaban yang terakhir tidak terlontar dari kawan2.
pertanyaan di atas cuma untuk memantik kita untuk sedikit melihat sejarah hidup si almarhum yang sebagiannya mugkin bisa kita jadikan teladan. Kawan, sosok Khadafy yang dikecam banyak orang dari berbagai penjuru dunia karena kekejamannya itu, pasti punya sisi putih dalam dirinya. kita tentu yakin bahwa manusia punya sisi baik dan buruk seperti sisi uang logam. Cuma, sisi yang menonjollah yang dipahami banyak orang. keyakinan ini kemudian terbukti.Saya membacanya dalam sebuah artikel di "Intisari" edisi November 2011.
 Selama pemerintahan Khadafy, ternyata banyak kebijakan negara yang memihak kepada rakyat kecil. Kalau negara kita banyak terwarnai oleh hukum kapitalis, sebagai contoh adanya bunga bank pada sistem simpan pinjam,  di Libya telah ditetapkan bunga 0% bagi rakyat yang meminjam uang di bank. selain itu, Khadafy juga memberi kebahagiaan tersendiri bagi orang2 yang baru saja menikah. mereka diberikan keringanan ketika membeli tempat hunian baru. Terkait perumahan bagi rakyatnya, Khadafy bersumpah yang maknanya bahwa ia tak akan membiarkan orang tuanya bertempat tinggal selama rakyatnya sendiri ada yang tidak memiliki tempat tinggal. janji ini terbukti karena ia kemudian memberikan perumahan bagi rakyatnya yang tuna wisma dan orang tuanya tetap tak memiliki rumah hingga Khadafy meninggal.
Fakta yang luar biasa juga adalah bahwa Khadafy adalah sosok yang pernah muda dengan jiwa yang revolusioner. di usianya yang masih 27 tahun, ia telah mampu mendalami masalah politik dan hukum. ini terbukti dengan munculnya karya tulisannya dalam bentuk buku dan dijadikan salah satu referensi hukum. Khadafy pula yang telah berjasa menumbangkan pemerintahan sebelumnya yang tidak baik. meskipun hari ini, kita memahami bahwa pemerintahan yang dijalankannya juga tidak baik.
Kawan, Khadafy telah membunuh sekian banyak rakyatnya. Dia juga pemimpin yang banyak menhambur-hamburkan uang negara untuk kepentingan pribadi. Tapi, di masa hidupnya ia juga pernah melakukan hal-hal terbaik bagi rakyat dan orang2 di sekelilingnya.
Kawan, saya tidak sedang mengkontroversialkan sosok Khadafy, tapi sekadar mengambil inspirasi darinya. Pernahkah kita merasa begitu tersakiti oleh seseorang? mungkin oleh kawan dekat kita atau bahkan oleh orang yang tidak kita kenali di suatu tempat. sebagian besar dari kita tentu pernah mengalami. kemudian, saat kita tersakiti, pernahlah kita mebencinya? saya pernah mengalaminya. Tapi saya ingin berterima kasih bahkan mempersembahkan senyum terbaik untuk orang2 di sekitar saya yang saya merasa orang itu pernah menyakiti saya.  Meskipun kawan saya si A kadang terlau pedas ketika menyampaikan sesuatu, tapi darinya saya belajar makna semangat dalam amal dakwahnya. Kawan saya si B adalah orang yang menurut saya kurang hangat dalam obrolan, tetapi subhanallah dialah kawan saya yang teramat terampil menghafal ayat Al-Qur'an. Lain lagi dengan si C. Dia terkadang menurut saya terlampau istimewa dalam pergaulan. dia tak canggung untuk bercanda atau ekspresif di depan lawan jenis. tapi darinya saya belajar banyak tentang motivasi dan prestasi. Sungguh, orang2 ini teramat istimewa untuk menjadi objek untuk dijauhi atau dibenci ketika dia melakukan kesalahan. Saya terkadang tiba2 sebal pada orang yang seenaknya menkomando orang, tapi hari ini saya tahu banyak hal yang telah dilakukannya untuk saya. Orang2 ini, yakni kawan2 saya telah banyak mewarnai hidup saya sehingga tidak melulu hidup saya berwarna hitam atau putih.
Kawan yang pernah menyakiti kita, harus kita berikan senyum terbaik karena barangkali apa yang dikatakannya benar. Apa yang dilakukannya terhadap kita, menunjukkan hikmah hidup yang baru bagi kita. Jadi, Khadafy saja punya sisi putih yang menginspirasi, apalagi kawan2 kita yang tentu sedikit sekali menyakiti kita dan banyak menginspirasi.
Untuk kita sendiri bagi orang lain, semoga kita meninggalkan sisi teladan bagi orang2 di sekeliling kita. Semoga kita menjadi sosok inspirasi bukan menyakiti.
Kalau National Geographic berpesan kepada para pendaki :"Leave nothing but Footprint, Take Nothing but picture, and kill nothing but time", maka marilah kita, para penjejak kehidupan, untuk "Leave nothing but inspiration, Take nothing but Hearts, Kill nothing but jealousy".