Shaun the Sheep on the Road

Selasa, 14 Februari 2012

| | |
Shaun the Sheep on the Road
            Kawan, ada yang suka nonton kartun shaun the sheep? Pasti ada sebagian dari kita yang suka. Atau malah banyak? Saya yakin kita yang sudah ga kanak-kanak ini (sok dewasa dot com^_^)banyak yang suka. Terbukti, banyak penjual boneka Shaun the sheep di sekitar kampus dan sebagian kita tertarik untuk membeli. Tapi,  kawan-kawan, pernah lihat shaun the sheep di depan mata ga? Saya pernah. Shaun the sheep yang ini ASLI.
Suatu ketika saya sedang menyeberang jalan. Di depan saya, serombongan “shaun the sheep” alias domba-domba putih, bergerombol memenuhi jalan raya. Mereka berlarian dan sempat menggangu lalu lintas yang cukup ramai. Detik itu juga saya terpesona. Saya tersenyum dan bayangan shaun the sheep yang menggemaskan itu menari-nari di benak saya. Saya memang tak sempat meng”count the sheeps”, tapi saya yakin jumlah mereka puluhan.
Tidak seperti saya waktu kecil ketika melihat domba, kali ini saya tak takut atau jijik pada domba-domba itu. Ini pasti efek kesukaan saya sama kartun “Shaun the sheep” yang lagi booming itu. Saya tak lagi jijik atau takut pada domba-domba yang sebenarnya biasa-biasa saja itu. Dulu saya jijik karena bulu gimbalnya dan bau domba itu sendiri.
Kawan, lantas, apa pentingnya saya ceritakan ini pada kalian? Tak lain karena saya ingin berbagi sesuatu, dan semoga menginspirasi.
Dari apa yang saya alami tersebut, saya sadar bahwa sesuatu, entah itu sebenarnya baik atau buruk, bisa tampak menjadi sesuatu yang berkebalikan dengan sifat aslinya, jika ada faktor luar yang mempengaruhi. Contohnya begini. Sebenarnya si A, salah satu teman kita, berwatak sangat baik. Tapi, karena kita melihat orang lain, entah itu si B, si C, atau si D, mengatakan atau menjustifikasi bahwa si A itu berwatak jelek, maka kita akan menganggap bahwa si A itu jelek. Padahal faktanya tidak demikian.
Begitu pula yang terjadi dengan fakta umat Islam sekarang ini. Sebagian besar masyarakat kita, atau bahkan kita sendiri, sering tidak pede dengan identitas keislaman kita. Kita ga pede, kalo keliatan rajin shalat tepat waktu di kampus, karena takut dicap sok alim. Kita ga pede pake jilbab agak gedean dikit, karena kuatir dikira ekstrim. Kita ga berani menegur teman kita yang suka nggosip karena kuatir dianggap ga gaul. Ini semua karena setiap hari kita digempur opini yang menjelek-jelekkan islam atau minimal masyarakt kita digiring untuk menjadi masyarakat yang loyal dengan sesuatu yang sebenarnya tidak sesuai dengan Islam. Lihatlah, betapa kita ini konsumtif dengan acara-acara semisal “KISS”, “HOT SHOT”, “INSERT” dll. yang notabene adalah acara bertajuk ghibah yang dikemas sedemikian cantiknya sehingga dalam waktu sehari, acara semisal ini bisa muncul lebih dari 3 jenis di stasiun televisi yang berbeda-beda dan dinikmati oleh berjuta pasang mata dari hampir segala usia. Acara-acara itu mengajarkan pada masyarakat kita untuk suka mencampuri urusan orang lain, suka membuka aib orang lain, dan cenderung melupakan sejumlah penderitaan yang dialami oleh saudara-saudara kita yang sering kali mereka berada tidak jauh dari sekeliling kita.
Kawan, betapa orang-orang yang tidak menginginkan Islam berdiri tegak di muka bumi ini, telah begitu lihai membuat Islam hancur bahkan oleh umat Islam itu sendiri. Mereka tak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan biaya untuk membuat Islam tinggal menjadi identitas saja. Mereka tak hendak membuat para muslim murtad dari agamanya. Mereka hanya perlu membuat para muslim hidup mengikuti gaya hidup mereka.
Mereka punya life style yang menyimpang jauh dari syariat Islam. Lihatlah budaya pacaran, free sex, drugs, di sekitar kita yang tiap hari diekspos, dipopulerkan melalui film, iklan, bahkan pemberitaan di TV, Koran, majalah, atau internet. Melihat, menikmati hal-hal semacam itu setiap hari, membuat masyarakat kita atau bahkan kita sendiri manjadi semakin permisif atau bahkan terkadang ingin mengikuti life style seperti itu yang mungkin kita nilai tidak terlau parah, tapi dari sanalah keburukan2 besar bermula.
Kok jadi serius abis, ya. Hmm… yang pasti dari “Shaun the Sheep on the Road” saya belajar untuk tidak serta merta mengagumi apa yang tersaji di televisi, Koran atau internet, tidak dengan mudah permisif dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan agama Islam, dan tidak latah ikut-ikutan trend yang kadang tanpa kita sadari malah menjatuhkan Islam. Bagaimana dengan kawan-kawan? Silakan ambil aksi terbaik sehingga menghasilkan reaksi internal-eksternal terbaik pula.
 Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Qur'an dengan jihad yang besar” (Q.S. Al-Furqan: 52)
Wallahu a’lam Bishawab     

0 komentar:

Posting Komentar